Asal Usul dan Pendirian Kerajaan Majapahit

asal usul kerajaan majapahit

Pada awal abad ke-13, Nusantara berada dalam masa transisi yang ditandai dengan banyak perubahan politik dan sosial. Salah satu kerajaan besar pada masa itu adalah Kerajaan Singasari, yang mendominasi wilayah Jawa Timur. Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok dan mencapai puncak kejayaannya di bawah kekuasaan Raja Kertanegara. Namun, menjelang akhir abad ke-13, Kerajaan Singasari mengalami ketegangan politik yang memuncak dalam perebutan kekuasaan yang brutal, yang pada akhirnya mengantarkan terbentuknya Kerajaan Majapahit.

Pengaruh Mongol di Asia Tenggara dan Nusantara

Pada masa yang sama, Dinasti Yuan di Tiongkok, yang dipimpin oleh Kubilai Khan, memperluas pengaruhnya ke Asia Tenggara, termasuk Nusantara. Kubilai Khan mengirimkan pasukan besar untuk menghukum Raja Kertanegara dari Singasari yang menolak untuk tunduk kepada kekuasaan Mongol. Serangan Mongol ini memicu serangkaian peristiwa yang pada akhirnya memunculkan Majapahit sebagai kekuatan baru di wilayah tersebut.

Kekacauan Politik di Jawa Timur: Perebutan Kekuasaan

Setelah kematian Raja Kertanegara, Jawa Timur terjerumus dalam kekacauan. Jayakatwang, seorang adipati dari Gelang-gelang, memberontak dan berhasil merebut Singasari. Pada saat yang sama, Raden Wijaya, menantu Kertanegara, melarikan diri dan memulai rencananya untuk merebut kembali kekuasaan. Raden Wijaya kemudian memainkan peran kunci dalam pembentukan Majapahit dengan memanfaatkan kehadiran pasukan Mongol.

Raden Wijaya: Sang Pendiri

raden wijaya pendiri kerajaan majapahit
ilustrasi

Raden Wijaya merupakan keturunan bangsawan dari Wangsa Rajasa, yang merupakan dinasti penguasa Kerajaan Singasari. Ayahnya adalah Dyah Lembu Tal, putra dari Mahisa Campaka, yang merupakan keturunan langsung Ken Arok, pendiri Singasari. Raden Wijaya tumbuh dalam lingkungan kerajaan dan mendapatkan pendidikan yang baik, yang kelak mempersiapkannya untuk memimpin Majapahit.

Peran Raden Wijaya dalam Kerajaan Singasari

Raden Wijaya bukan hanya seorang bangsawan, tetapi juga seorang pejuang yang tangguh. Ia menunjukkan bakat militernya saat membantu Kertanegara melawan musuh-musuh kerajaan. Namun, dengan runtuhnya Singasari, ia harus melarikan diri dan merencanakan pembalasan. Raden Wijaya kemudian berhasil membangun kembali kekuatannya dan menjadi sosok sentral dalam pendirian Majapahit.

Persekutuan dengan Mongol: Langkah Awal Pendiri Majapahit

Memahami bahwa kekuatan pasukan Mongol terlalu besar untuk dihadapi secara langsung, Raden Wijaya cerdik bersekutu dengan mereka. Ia berpura-pura menerima tawaran Kubilai Khan untuk bergabung dengan Mongol dalam menyerang Jayakatwang. Setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya justru berbalik melawan Mongol dan mengusir mereka dari Jawa. Taktik ini menunjukkan kecerdasan politiknya dan membuka jalan bagi pendirian Kerajaan Majapahit.

Kemenangan Raden Wijaya atas Pasukan Mongol

Kemenangan ini tidak hanya mengakhiri ancaman Mongol di Nusantara tetapi juga memberikan legitimasi bagi Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan baru. Pada tahun 1293, di atas reruntuhan Singasari, Raden Wijaya memproklamasikan berdirinya Kerajaan Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.

Pendirian Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293 di daerah Tarik, sebuah wilayah di tepi Sungai Brantas. Tempat ini dipilih karena strategis dan kaya akan sumber daya alam, yang penting untuk pertanian dan pertahanan. Proklamasi ini menandai lahirnya salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia.

Setelah mendirikan kerajaan, Raden Wijaya mulai membangun ibu kota baru yang akan menjadi pusat kekuasaan Majapahit. Kota ini dibangun dengan tata kota yang canggih, menggabungkan elemen-elemen arsitektur dan budaya Jawa dengan pengaruh Hindu-Buddha. Majapahit menjadi simbol kemegahan dan pusat kebudayaan di Nusantara.

Untuk mengamankan kekuasaannya, Raden Wijaya menerapkan berbagai strategi politik, termasuk menjalin aliansi dengan berbagai kerajaan kecil di sekitarnya. Ia juga menempatkan orang-orang kepercayaannya di posisi-posisi penting dalam pemerintahan untuk memastikan stabilitas kerajaan yang baru didirikannya.

Sumber Sejarah dan Prasasti Majapahit Awal

Salah satu bukti tertulis tertua tentang keberadaan Majapahit adalah Prasasti Butak. Prasasti ini berisi catatan tentang peristiwa penaklukan Jayakatwang oleh Raden Wijaya dan mengukuhkan keberadaan Majapahit pada awal masa pemerintahannya. Prasasti ini menjadi sumber penting bagi para sejarawan dalam meneliti awal mula Majapahit.

Selain prasasti, karya sastra seperti Kidung Harsawijaya dan Kidung Ranggalawe juga memberikan wawasan tentang masa-masa awal Majapahit. Kidung-kidung ini menceritakan tentang perjuangan Raden Wijaya, konflik internal, serta penaklukan yang dilakukan oleh kerajaan baru ini.

Berbagai naskah kuno dan tradisi lisan juga memberikan informasi berharga tentang asal-usul Majapahit. Meskipun seringkali sulit diverifikasi, sumber-sumber ini tetap penting untuk memahami konteks budaya dan sosial yang melatarbelakangi berdirinya Majapahit.

Tokoh-Tokoh Penting Awal Kerajaan Majapahit

Raden Wijaya: Raja Pertama Majapahit

Sebagai pendiri dan raja pertama, Raden Wijaya adalah tokoh sentral dalam sejarah Majapahit. Ia berhasil mengatasi berbagai tantangan awal dan meletakkan dasar bagi kejayaan Majapahit yang akan datang. Kepemimpinannya yang cerdas dan visioner sangat dihormati, baik oleh bawahan maupun musuh-musuhnya.

Mahapatih Nambi: Loyalitas dan Peran Politik

Nambi adalah salah satu mahapatih pertama di Majapahit yang dikenal karena kesetiaannya kepada Raden Wijaya. Ia memainkan peran penting dalam administrasi kerajaan dan dalam menegakkan hukum serta ketertiban di wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan. Kesetiaannya kepada raja dan kemampuannya dalam mengelola pemerintahan menjadikan Nambi sebagai salah satu pilar utama dalam stabilitas awal kerajaan.

Arya Wiraraja: Sekutu Penting di Balik Layar

Arya Wiraraja, seorang adipati dari Madura, adalah sekutu strategis Raden Wijaya. Tanpa bantuannya, mungkin Raden Wijaya tidak akan berhasil mendirikan Majapahit. Arya Wiraraja memberikan dukungan militer dan sumber daya yang krusial pada saat-saat kritis. Perannya di balik layar membuatnya menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah awal Majapahit.

Ekspansi Wilayah Awal Majapahit

Setelah berhasil mengamankan wilayah pusat kerajaan, Raden Wijaya memulai ekspansi ke wilayah-wilayah lain di Jawa Timur. Penaklukan ini bertujuan untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan Majapahit, serta untuk mengamankan rute perdagangan yang penting bagi perekonomian kerajaan.

Selain melalui penaklukan militer, Majapahit juga memperluas pengaruhnya melalui diplomasi dan aliansi. Raden Wijaya menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan tetangga, baik di Jawa maupun di luar Jawa, untuk memperkuat posisinya dan mencegah potensi ancaman dari luar. Strategi ini tidak hanya memperkuat Majapahit secara militer tetapi juga memperkaya budaya dan ekonomi kerajaan.

Kekuatan militer Majapahit tidak hanya terletak pada pasukan daratnya, tetapi juga pada angkatan laut yang kuat. Angkatan laut Majapahit memainkan peran penting dalam mengontrol jalur perdagangan maritim di Nusantara dan menjaga keamanan perairan kerajaan. Ini memungkinkan Majapahit untuk mengendalikan perdagangan rempah-rempah dan komoditas lainnya, yang merupakan sumber utama kekayaan kerajaan.

Sistem Pemerintahan Awal Majapahit

Pada masa awal berdirinya, Kerajaan Majapahit mengadopsi struktur pemerintahan yang terorganisasi dengan baik dan hierarkis. Di puncak pemerintahan adalah raja, yang memiliki kekuasaan absolut sebagai penguasa tertinggi. Di bawah raja, terdapat mahapatih yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan kerajaan dan pengawasan atas administrasi pemerintahan. Mahapatih bertindak sebagai tangan kanan raja, dan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kestabilan politik dan militer. Selain itu, terdapat Dewan Kerajaan, yang terdiri dari para penasihat dan pejabat tinggi, yang membantu raja dalam pengambilan keputusan penting terkait dengan urusan dalam dan luar negeri.

Sistem Hukum dan Undang-Undang Kerajaan

Majapahit sejak awal telah menetapkan sistem hukum yang ketat untuk menjaga ketertiban dan keadilan dalam kerajaan. Hukum Majapahit disusun berdasarkan adat istiadat setempat yang kemudian dikodifikasikan menjadi undang-undang tertulis. Hukum ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari hukum pidana, perdata, hingga peraturan tentang perdagangan dan kepemilikan tanah. Pelanggaran terhadap hukum ini akan dihukum dengan tegas, termasuk hukuman fisik atau denda berat, tergantung pada beratnya pelanggaran.

Sistem Perpajakan dan Ekonomi Awal

Ekonomi Majapahit sangat bergantung pada sistem perpajakan yang terstruktur. Pajak dipungut dari hasil pertanian, perdagangan, dan kepemilikan tanah. Pajak ini digunakan untuk membiayai administrasi kerajaan, pembangunan infrastruktur, serta untuk memperkuat angkatan bersenjata. Selain itu, Majapahit juga mengandalkan perdagangan sebagai sumber pendapatan yang penting. Kerajaan ini memiliki pelabuhan-pelabuhan besar yang menjadi pusat perdagangan internasional, di mana berbagai komoditas seperti rempah-rempah, emas, dan tekstil diperdagangkan.

Pengaruh Hindu-Buddha dalam Pendirian Majapahit

candi peninggalan prasasti budha
Candi Dalam Ilustrasi

Raden Wijaya, sebagai pendiri Majapahit, sangat dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Buddha yang telah menyebar luas di Nusantara. Raden Wijaya sendiri adalah penganut Hindu, tetapi ia juga mengadopsi beberapa elemen dari agama Buddha dalam kehidupan spiritual dan ritual kerajaannya. Kombinasi ajaran ini tercermin dalam berbagai upacara keagamaan dan dalam tata cara pemerintahan.

Integrasi Ajaran Hindu-Buddha dalam Pemerintahan

Majapahit sejak awal berdirinya mengintegrasikan ajaran Hindu-Buddha dalam berbagai aspek pemerintahan. Raja dianggap sebagai titisan dewa, yang memiliki kekuasaan ilahi untuk memerintah. Sistem kasta yang dianut oleh agama Hindu juga diterapkan dalam struktur sosial Majapahit, di mana para brahmana memegang posisi penting dalam ritual keagamaan dan nasihat spiritual bagi raja.

Ritual dan Upacara Kerajaan

Berbagai ritual dan upacara penting dalam Majapahit didasarkan pada tradisi Hindu-Buddha. Upacara-upacara ini melibatkan pemujaan kepada para dewa dan leluhur, serta pelaksanaan yadnya (persembahan) untuk memohon berkah dan keselamatan bagi kerajaan. Upacara-upacara besar seperti perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, serta ritual yang dilakukan untuk merayakan kemenangan militer atau penobatan raja, menunjukkan betapa pentingnya agama dalam kehidupan sosial dan politik di Majapahit.

Kebudayaan dan Tradisi Awal Majapahit

Majapahit dikenal sebagai pusat kebudayaan yang berkembang pesat, terutama dalam seni dan arsitektur. Pada masa Raden Wijaya, pembangunan berbagai candi dan monumen dilakukan dengan menggunakan gaya arsitektur yang menggabungkan elemen-elemen Hindu-Buddha. Candi-candi ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan dan keagungan kerajaan. Relief-relief yang terpahat pada dinding candi menggambarkan berbagai cerita epik seperti Ramayana dan Mahabharata, yang juga mencerminkan nilai-nilai moral dan spiritual yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Majapahit.

Sastra dan Karya Tulis pada Masa Raden Wijaya

Selain seni rupa, Majapahit juga kaya akan tradisi sastra. Pada masa awal berdirinya, berbagai karya sastra dalam bentuk kidung, kakawin, dan puisi Jawa Kuno mulai ditulis. Karya-karya ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai medium untuk menyampaikan ajaran moral dan nilai-nilai kepemimpinan. Beberapa karya terkenal dari periode ini, seperti Kidung Harsawijaya dan Kidung Ranggalawe, menjadi bagian penting dari warisan sastra Nusantara.

Tradisi dan Adat Istiadat Kerajaan

Majapahit memiliki tradisi dan adat istiadat yang kaya dan beragam, yang mencerminkan perpaduan antara budaya lokal dengan pengaruh Hindu-Buddha. Upacara adat seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian dilakukan dengan ritual-ritual khusus yang dipengaruhi oleh ajaran agama dan tradisi leluhur. Selain itu, tradisi gotong royong dan sistem sosial berbasis komunitas juga menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Majapahit.

Tantangan Internal di Awal Pemerintahan Majapahit

Meskipun berhasil mendirikan kerajaan yang kuat, Majapahit tidak lepas dari konflik internal yang mengancam stabilitasnya. Beberapa bangsawan dan pejabat kerajaan yang tidak puas dengan kepemimpinan Raden Wijaya berusaha untuk merebut kekuasaan. Konflik-konflik ini sering kali melibatkan pertempuran dan intrik politik yang rumit, yang memaksa Raden Wijaya untuk selalu waspada dan mengandalkan para sekutu setianya.

Ancaman dari Bangsawan yang Tidak Puas

Selain konflik internal, Raden Wijaya juga menghadapi ancaman dari bangsawan yang tidak puas dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkannya. Beberapa bangsawan yang merasa diabaikan atau kehilangan kekuasaan mereka mencoba untuk menggulingkan raja atau menciptakan kerusuhan di wilayah-wilayah tertentu. Ancaman ini membuat Raden Wijaya harus menerapkan kebijakan yang cerdik untuk meredam ketidakpuasan dan menjaga loyalitas para bangsawan.

Krisis Ekonomi dan Pemberontakan

Krisis ekonomi yang melanda Majapahit pada masa awal juga menjadi salah satu tantangan serius. Sistem perpajakan yang belum sepenuhnya stabil dan ketidakmampuan untuk mengontrol harga komoditas di pasar menyebabkan ketidakpuasan di kalangan rakyat dan pedagang. Hal ini diperparah dengan adanya pemberontakan di beberapa wilayah yang menolak kekuasaan pusat. Raden Wijaya harus mengambil langkah-langkah tegas untuk memulihkan ekonomi dan menegakkan kembali otoritas kerajaan.

Hubungan dengan Kerajaan Luar di Awal Majapahit

Pada masa awal berdirinya, Majapahit mulai menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di luar Jawa, seperti Kerajaan Melayu dan Sriwijaya. Hubungan ini penting untuk memperkuat posisi Majapahit di wilayah Nusantara dan untuk membuka akses ke jaringan perdagangan internasional. Melalui perjanjian dan aliansi, Majapahit berhasil menjalin kerjasama yang menguntungkan dengan kerajaan-kerajaan tetangga.

Selain dengan kerajaan di Nusantara, Majapahit juga menjalin diplomasi dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, seperti Champa, Ayutthaya, dan Kamboja. Diplomasi ini dilakukan baik melalui pernikahan politik maupun perjanjian perdagangan. Majapahit menawarkan perlindungan militer dan akses ke jalur perdagangan maritim sebagai imbalan atas aliansi dan kerjasama dari kerajaan-kerajaan tersebut.

Majapahit, dengan lokasi geografisnya yang strategis, segera menjadi pusat perdagangan yang penting di kawasan Asia Tenggara. Pedagang dari Tiongkok, India, dan Arab datang ke pelabuhan-pelabuhan Majapahit untuk memperdagangkan berbagai komoditas, termasuk rempah-rempah, sutra, dan logam mulia. Keberhasilan Majapahit dalam mengontrol jalur perdagangan ini tidak hanya memperkaya kerajaan, tetapi juga memperluas pengaruhnya di kawasan tersebut.

Pengaruh Majapahit pada Kerajaan-Kerajaan di Nusantara

Majapahit, sejak awal, berusaha untuk menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaannya. Ekspansi teritorial dilakukan baik melalui penaklukan militer maupun aliansi politik dengan kerajaan-kerajaan lokal. Wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Tengah secara bertahap masuk ke dalam kendali Majapahit, membentuk suatu jaringan kekuasaan yang kuat dan terkoordinasi. Pengaruh Majapahit di Pulau Jawa tidak hanya dalam hal politik, tetapi juga dalam aspek budaya dan agama, di mana tradisi Hindu-Buddha semakin mengakar kuat di masyarakat.

Dominasi Majapahit di Luar Jawa

Selain di Pulau Jawa, Majapahit juga memperluas pengaruhnya ke wilayah-wilayah lain di Nusantara, seperti Sumatra, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan bahkan sampai ke wilayah timur Indonesia. Ekspansi ini dilakukan melalui penaklukan langsung, pernikahan antar kerajaan, serta aliansi politik dan ekonomi. Dominasi Majapahit di luar Jawa ini menjadikannya sebagai kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara, dengan kekuasaan yang meliputi sebagian besar wilayah Indonesia modern.

Hubungan Majapahit dengan Kerajaan-Kerajaan di Timur Nusantara

Di wilayah timur Nusantara, Majapahit berhasil menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lokal seperti Kerajaan Bali, Ternate, dan Tidore. Hubungan ini tidak selalu berupa penaklukan, tetapi seringkali lebih kepada aliansi yang saling menguntungkan. Majapahit menawarkan perlindungan dan dukungan militer sebagai imbalan atas kesetiaan dan kontribusi ekonomi dari kerajaan-kerajaan ini.

Kemunduran dan Tantangan Akhir di Masa Pemerintahan Raden Wijaya

Pada akhir masa pemerintahan Raden Wijaya, Majapahit mulai mengalami masalah internal yang serius. Ketegangan di antara para bangsawan yang ambisius mulai memunculkan konflik yang mengancam stabilitas kerajaan. Selain itu, masalah suksesi mulai menjadi perhatian, karena tidak adanya penerus yang kuat untuk melanjutkan kepemimpinan setelah wafatnya Raden Wijaya.

Selain masalah internal, Majapahit juga menghadapi ancaman dari luar. Beberapa kerajaan tetangga yang merasa terancam oleh ekspansi Majapahit mulai melakukan serangan balik. Selain itu, pemberontakan di daerah-daerah yang baru ditaklukkan semakin sering terjadi, menandakan adanya ketidakpuasan terhadap pemerintahan pusat.

Menjelang akhir hidupnya, Raden Wijaya berusaha untuk menyelamatkan kerajaan dari kehancuran. Ia melakukan reformasi dalam pemerintahan, memperkuat pertahanan, dan mencoba meredam ketegangan di antara bangsawan. Namun, upaya ini tidak sepenuhnya berhasil, dan Majapahit mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran yang akan menjadi semakin jelas setelah wafatnya Raden Wijaya.

Warisan Raden Wijaya dan Awal Kejayaan Majapahit

Raden Wijaya meninggalkan warisan yang sangat penting bagi Majapahit. Keberhasilannya dalam mendirikan kerajaan yang kuat dan mengalahkan ancaman dari luar menjadikannya sebagai salah satu raja terbesar dalam sejarah Nusantara. Legitimasi kekuasaannya diakui oleh para penerusnya, yang melanjutkan upaya untuk memperluas dan memperkuat Majapahit.

Dampak Kebijakan dan Pendirian Kota-Kota Baru

Kebijakan Raden Wijaya dalam mendirikan kota-kota baru dan membangun infrastruktur kerajaan memberikan dampak jangka panjang yang signifikan. Kota-kota ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat administrasi, tetapi juga sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan yang memajukan ekonomi kerajaan. Banyak dari kota-kota ini berkembang menjadi pusat perdagangan yang penting di Nusantara.

Di bawah kepemimpinan Raden Wijaya, Majapahit mulai membentuk identitas nasional yang kuat, yang didasarkan pada persatuan politik dan budaya di seluruh wilayah Nusantara. Identitas ini, meskipun masih dalam tahap awal, menjadi dasar bagi konsep Indonesia modern sebagai negara kepulauan yang bersatu. Majapahit mulai dilihat sebagai pemersatu yang menyatukan berbagai etnis, bahasa, dan budaya di bawah satu bendera.

Majapahit, di bawah kepemimpinan Raden Wijaya, merupakan simbol kekuatan, kebijaksanaan, dan kepemimpinan visioner. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, Raden Wijaya berhasil meletakkan fondasi yang kuat bagi kerajaan yang kemudian akan dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Warisan yang ditinggalkannya tidak hanya dalam bentuk wilayah yang luas, tetapi juga dalam bentuk budaya dan sistem pemerintahan yang kokoh, yang akan terus dikenang sepanjang sejarah.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

Apa yang Membuat Raden Wijaya Berhasil Mendirikan Majapahit?

Raden Wijaya berhasil mendirikan Majapahit berkat kecerdasannya dalam berstrategi, kemampuan untuk membangun aliansi yang kuat, dan kemampuannya dalam memanfaatkan situasi politik yang kacau setelah runtuhnya Singasari. Keberhasilannya dalam memanfaatkan kekuatan Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang adalah salah satu contoh nyata dari kecerdasannya.

Bagaimana Raden Wijaya Mengatasi Tantangan Internal di Awal Pemerintahan Majapahit?

Raden Wijaya mengatasi tantangan internal dengan menerapkan kebijakan politik yang cerdik, menjalin aliansi dengan bangsawan yang berpengaruh, serta menempatkan orang-orang yang setia di posisi-posisi kunci dalam pemerintahan. Selain itu, ia juga tegas dalam menegakkan hukum dan meredam pemberontakan yang muncul.

Apa Warisan Terpenting yang Ditinggalkan Raden Wijaya untuk Majapahit?

Warisan terpenting yang ditinggalkan Raden Wijaya adalah fondasi yang kuat bagi Majapahit, baik dalam hal politik, ekonomi, maupun budaya. Ia berhasil membangun kerajaan yang stabil dan dihormati, yang kemudian memungkinkan penerusnya untuk membawa Majapahit ke puncak kejayaan.

Mengapa Majapahit Dianggap Sebagai Salah Satu Kerajaan Terbesar di Nusantara?

Majapahit dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara karena keberhasilannya dalam menyatukan sebagian besar wilayah Indonesia modern di bawah satu kekuasaan. Selain itu, Majapahit juga memainkan peran penting dalam perdagangan internasional, yang menjadikannya sebagai pusat ekonomi dan budaya di Asia Tenggara pada masa itu.

Bagaimana Majapahit Mengelola Wilayah-Wilayah yang Ditaklukkan?

Majapahit mengelola wilayah-wilayah yang ditaklukkan melalui sistem pemerintahan yang terpusat, di mana wilayah-wilayah tersebut diperintah oleh pejabat yang diangkat oleh raja. Selain itu, Majapahit juga menggunakan aliansi politik dan pernikahan antar kerajaan untuk menjaga stabilitas dan loyalitas di wilayah-wilayah tersebut.

Related posts