Setelah memahami asal usul dan perkembangan Kerajaan Mataram Kuno, penting untuk mengenal lebih dekat para raja yang memimpin kerajaan ini. Setiap raja memiliki peran signifikan dalam membentuk sejarah dan budaya Kerajaan Mataram. Berikut ini adalah daftar raja-raja Kerajaan Mataram Kuno, dimulai dari raja pertama hingga penguasa terakhir.
1. Raja Sanjaya (732 M – ? M)
Sanjaya adalah pendiri Wangsa Sanjaya dan merupakan raja pertama Kerajaan Mataram Kuno. Ia naik tahta sekitar tahun 732 Masehi, dan pemerintahannya tercatat dalam Prasasti Canggal. Sanjaya adalah penganut setia agama Hindu aliran Siwa, dan di bawah kepemimpinannya, kerajaan Mataram mulai berkembang dengan pesat. Ia juga dikenal sebagai raja yang mendirikan beberapa candi untuk pemujaan Dewa Siwa. Meskipun demikian, sedikit sekali informasi yang dapat ditemukan tentang akhir hidup Sanjaya, namun warisannya sebagai pendiri dinasti yang kuat tetap terjaga.
2. Rakai Panangkaran (746 M – 784 M)
Setelah Sanjaya, Rakai Panangkaran menjadi penerus tahta. Ia dikenal sebagai seorang raja yang bijaksana dan membawa stabilitas serta kemakmuran bagi kerajaan. Rakai Panangkaran adalah raja dari Wangsa Sanjaya, tetapi pada masa pemerintahannya, agama Buddha mulai mendapatkan pengaruh kuat di kerajaan ini. Ia mendukung pembangunan beberapa candi Buddha, yang menunjukkan toleransi religius yang tinggi pada masa pemerintahannya. Salah satu prasasti yang menyebutkan namanya adalah Prasasti Kalasan, yang menyatakan bahwa Rakai Panangkaran mendukung pembangunan Candi Kalasan yang didedikasikan untuk Dewi Tara.
3. Rakai Warak (784 M – 803 M)
Setelah Rakai Panangkaran, tahta diambil alih oleh Rakai Warak. Tidak banyak catatan sejarah yang tersedia tentang pemerintahan Rakai Warak, tetapi ia tetap melanjutkan tradisi toleransi dan pengembangan budaya serta agama yang diwariskan oleh pendahulunya. Pada masa pemerintahannya, hubungan antara Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra tetap kuat, meskipun perbedaan agama antara kedua dinasti tersebut.
4. Rakai Garung (803 M – 828 M)
Rakai Garung menggantikan Rakai Warak sebagai raja Mataram. Sama seperti pendahulunya, Rakai Garung juga melanjutkan pembangunan dan pengembangan kerajaan. Masa pemerintahannya relatif damai, dan ia dikenal sebagai raja yang menjunjung tinggi keadilan dan kesejahteraan rakyatnya. Prasasti Mantyasih menyebutkan Rakai Garung sebagai salah satu raja yang dihormati dari Wangsa Sanjaya.
5. Rakai Pikatan (838 M – 850 M)
Salah satu raja terkenal dari Wangsa Sanjaya adalah Rakai Pikatan. Ia menikah dengan Pramodhawardhani, seorang putri dari Wangsa Syailendra, yang memperkuat hubungan antara dua dinasti besar di Mataram Kuno. Rakai Pikatan dikenal sebagai raja yang sangat mendukung agama Hindu dan berperan besar dalam pembangunan Candi Prambanan, yang merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Meskipun ia seorang penganut Hindu, Rakai Pikatan tetap menjaga toleransi antar agama di wilayah kekuasaannya.
6. Rakai Kayuwangi (850 M – 898 M)
Rakai Kayuwangi adalah penerus Rakai Pikatan, dan masa pemerintahannya ditandai dengan perdamaian serta kemakmuran. Ia melanjutkan pembangunan berbagai candi dan memperkuat sistem administrasi kerajaan. Prasasti yang menyebutkan namanya, seperti Prasasti Argapura dan Prasasti Mantyasih, menunjukkan bahwa ia adalah raja yang sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat dan keadilan dalam pemerintahannya.
7. Rakai Watuhumalang (898 M – 908 M)
Raja berikutnya adalah Rakai Watuhumalang, yang memerintah pada akhir abad ke-9. Meskipun pemerintahannya tidak banyak tercatat dalam sejarah, ia tetap dianggap sebagai raja yang membawa stabilitas dan kesinambungan di Kerajaan Mataram Kuno. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan ini tetap kuat dan mampu mempertahankan wilayah kekuasaannya dari ancaman luar.
8. Rakai Sumba Dyah Wawa (908 M – 915 M)
Rakai Sumba Dyah Wawa adalah salah satu raja terakhir dari Mataram Kuno sebelum pusat kekuasaan dipindahkan ke Jawa Timur. Masa pemerintahannya relatif singkat, tetapi ia dikenal sebagai raja yang cakap dan memimpin dengan kebijaksanaan. Sayangnya, pada masa pemerintahannya, bencana alam seperti letusan Gunung Merapi menyebabkan kerusakan parah pada wilayah kerajaan, yang berkontribusi pada keputusan untuk memindahkan pusat kekuasaan.
9. Mpu Sindok (929 M – 947 M)
Setelah letusan Gunung Merapi, Mpu Sindok memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur, yang menandai dimulainya era baru dalam sejarah kerajaan ini. Mpu Sindok mendirikan Wangsa Isyana dan melanjutkan tradisi kerajaan Mataram dengan mendirikan Kerajaan Medang di wilayah Jawa Timur. Ia dikenal sebagai raja yang cerdas dan berhasil memulihkan kekuatan kerajaan setelah bencana alam. Di bawah kepemimpinannya, Medang berkembang menjadi salah satu kekuatan politik yang penting di Jawa.
Pengaruh dan Warisan Raja-Raja Mataram Kuno
Para raja Kerajaan Mataram Kuno tidak hanya berperan sebagai penguasa politik, tetapi juga sebagai pelindung kebudayaan dan agama. Pembangunan candi-candi besar, seperti Borobudur dan Prambanan, adalah bukti nyata dari komitmen mereka terhadap agama dan budaya. Selain itu, para raja ini juga berhasil menciptakan stabilitas dan kemakmuran yang memungkinkan Mataram menjadi salah satu kerajaan terkuat di Nusantara pada masanya.
Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno memainkan peran penting dalam membentuk sejarah dan budaya Indonesia. Dari Sanjaya hingga Mpu Sindok, setiap raja meninggalkan jejak yang mendalam dalam perkembangan politik, agama, dan kebudayaan di Jawa. Kerajaan Mataram Kuno bukan hanya sebuah kerajaan yang kuat, tetapi juga pusat peradaban yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara hingga hari ini. Warisan mereka masih terlihat dalam bentuk candi-candi megah, prasasti, dan tradisi yang tetap hidup di tengah masyarakat Indonesia.